Perasaan yang muncul saat ini adalah: tidak menyangka. Rasanya bangga dan puas terhadap diri sendiri bahwa ternyata 15 hari bisa terlewati dengan 'sadar'. Meski mungkin masih banyak yang perlu di remidi, revisi disana-sini. Tak mengapa, namanya juga latihan kan.
Awalnya merasa haa, yakin ini 15 hari bisa setiap hari setor? daaan, amazingnya justru malah menikmati setiap harinya, setiap jurnalnya. Setiap pagi terbangun, selalu menantikan hal-hal ajaib apa yang bisa dituliskan. Meskipun yaa terkadang ada yang isinya "gitu" doang, saking perasaannya hari itu lagi ga karuan. But, then, Alhamdulillah dengan ijinNya, bisa tuntas juga ternyata :)
Suatu kebanggan bisa terlibat bersama ribuan sobatualang, yang mungkin tidak sempat kulihat dan kubaca satu-persatu, karena mau fokus kepada proses bertumbuhnya diri sendiri dan keluarga. Namun, semangatnya tetep nyampe kok, lewat diskusi-diskusi dari kakawi, teman-teman pondok mutiara laut, maupun support yang sangat berarti dari teman-teman bunsay seregional SidoMojo.
Sekali lagi, bukan karena mampuku, tapi tekadku untuk mau berubah yang membuatku, waah ternyata aku oke juga nih. Lalu, perasaan itu menyebar ke seluruh sel tubuh. Menghangatkan hati.
Di zona pertama ini, kurasa benar-benar jadi tantangan terberat bagiku. Aku yang (mungkin) tumbuh dengan membawa innerchild, sehingga lebih nyaman berkomunikasi lewat tulisan. Seringnya, tulisan-tulisan ini tidak pernah sampai kepada suami, karena dia bukan tipe pembaca. wkwk. Ya jelaslah ga nyampe.
Setelah belajar 15 hari ini, jadi makin ringan harapan kedepan untuk terus belajar agar komunikasiku dengan suami (terutama) dan anak jadi kian baik, dekat dan hangat. Ada konflik yang akhirnya terselesaikan, meski berurai air mata. Ada ego yang harus direm, agar pesan yang kuingin sampaikan dapat diterima.
Aku sadar ini bukan akhir perjalanan karena tantangan masih akan terus berlanjut sepanjang napas masih ada. Namun, kalau boleh mengenangnya aku ingin memberi temuan di zona komunikasi produktif ini dengan warna Jingga, sebuah warna yang mewakili hatiku saat ini. Jingga sehangat senja.
Membesarkan anak yang bisa membaca, mungkin akan mudah. Namun membersamainya menumbuhkan cinta untuk membaca, itu perlu usaha yang tidak semudah memberikannya tontonan dari layar gawai.
Suatu ketika saat aku belum hamil,
aku sengaja mendaftarkan diri menjadi reseller salah satu penerbit buku
lokal. Penasaran dan memang sangat tertarik dengan
dunia literasi, membawaku pada kesimpulan bahwa aku harus ikut andil dalam
memajukan literasi anak Indonesia. Sebab setahuku saat itu, tingkat baca
anak-anak bahkan orang dewasa di Indonesia tidak tergolong tinggi. Bisa
dibilang jauh dari standar. Bayangkan, dari66,05 juta jiwa anak berusia 0-14 tahun, hanya berapa persen yang doyan
baca buku. Ditambah lagi dengan akses internet yang makin was wus saat ini, dan
sayangnya hal itu tidak dibarengi dengan bertambah tingginya minat baca. Yang
artinya literasi tetap saja rendah meski jaman sudah berkembang sedemikian
rupa. Kebayang ngerinya PR generasi muda kita nantinya, kalau untuk sekadar
memahami sesuatu dengan membaca saja kurang.
Oleh karena itu, sejak tahu hamil aku semakin giat memantapkan diri berkecimpung dan berusaha mengenalkan anak kepada
buku. Tujuanku sederhana aja sih, minimal anakku dan lingkungan sekitarku bisa
mencintai buku dan mencintai bacaan. Agar ketika ia besar nanti ia bisa membaca
dengan pemahaman yang baik. Bukan hanya sekedar membaca huruf dan kata tanpa
makna. Tetapi lebih jauh dari itu, agar ia dapat mengambil hal baik dari yang
ia baca. Petualangan pun dimulai, dari mulai berburu buku diskonan,
menjelajah para bakul buku yang bisa memberikan harga reseller, hingga
saat ini terbantukan sekali dengan bertemu dengan Let’s Read! Apa itu Let’s
Read. Wait, sabar sebentar. Aku akan menjelaskannya panjang kali lebar nanti. Tetapi
sebelum itu, ijinkan aku berbagi pengalaman selama mengenalkan dan mendekatkan
anakku dengan dunia literasi, khususnya buku.
Membacakan
Buku sejak dalam Kandungan
Percaya tak percaya, aku saat itu
sudah dengan yakinnya berusaha membacakan anakku buku, meskipun ia masih di
dalam kandungan. Mungkin bagi sebagian orang kala itu, hal ini dipandang aneh.
Ngapain sih, bacain perut buku? Tapi, aku percaya bahwa membacakan buku sejak
dalam kandungan itu baik. Bukankah salah satu indera yang telah matang sejak
dalam kandungan adalah indera pendengaran? Yap, menurut info yang kubaca dari
berbagai laman maupun para doktergram yang ku-follow sih seperti itu. Pun
juga, stimulasi pendengaran dengan musik kan dianjurkan juga sejak dalam
kandungan. Lantas apa salahnya dengan membacakan buku? Justru sangat bermanfaat
ya kan. Iya aja udah. Aku percaya hal itu baik, maka kulakukan.
Setiap hari pasti kusempatkan untuk membacakan buku. Aku membacakan
banyak hal, mulai dari kisah dalam kitab suci, buku-buku anak yang kubeli dari
hasil berjualan buku, bahkan juga membacakan apa saja yang berada di dekatku
kala itu. Rasanya kalau sehari tidak membacakan buku kepadanya seperti ada yang
kurang. Hal ini rutin kulakukan hingga menjelang persalinan. Sembari kadang
mengajaknya ngobrol ngalor-ngidul tentang apa saja yang terlintas. Sambil mengajak serta adik bungsuku yang
saat itu masih berusia 4 tahunan.
Membacakan
Buku sejak Hari-hari Awal Kelahiran Saat anakku lahir, berselang dua hari saat kami pulang dari Rumah Sakit,
aku kembali mengenalkannya dengan buku. Buku high contrast saat itu
kupilih sebagai awalan. Menurut penelitian memang bayi baru lahir sebaiknya
distimulus dengan warna-warna yang kontras seperti hitam, putih dan juga merah.
Benar saja, Abian saat itu kurasa jadi semakin cepat jelas penglihatannya. Respon
yang ia berikan pun mungkin bisa dibilang cukup baik dari kacamataku. Saat itu
pun komentar kembali melayang dari para netijen budiman. Hihihi. Memang
tak akan lengkap rasanya hidup kalau belum dapat komentar-komentar dari
kanan-kiri. Banyak yang nanya, ‘itu bayi umur segitu emang udah paham dibacain
buku gitu?’. Aku sih woles aja menanggapinya, kuanggap saja bahwa mereka
mungkin memang belum tahu ilmunya. Hehe. Jadi yaa aku dengan senang hati
menjelaskan setidaknya satu saja alasan masuk akal kenapa aku ‘harus’ banget
bacain buku buat anakku. Iya, satu saja jangan banyak-banyak. Bayi baru
lahir akan sangat baik jika distimulasi penglihatannya dengan buku high
contrast.(titik)
Tak sekedar membacakan, kami juga melagukannya. Lalu respon yang dia berikan adalah mengikuti arah buku, bahkan ikut "bersenandung" ala bayi gitu. Kusimpan di dalam salah satu postingan instagramku kala itu disini https://www.instagram.com/p/BaQJtobAOk7/?igshid=u55ubg8vqsty .
Sekali Ia
Jatuh Cinta, Maka Siapkan Suara Emas Anda Buibu!
Perjalanan membacakan buku
berlanjut hingga kini ia berusia hampir 3 tahun. Meski yaa memang sangat
mungkin ada rasa ‘malas’ justru datang dari emaknya ini. Yaa, gimana ya.
Ternyata perjuanganku tidaklah sia-sia menumbuhkan budaya membaca untuk anak sejak dalam kandungan.
Terbukti dengan dia yang hampir setiap hari, pagi siang malam selalu nagih
jatah baca buku. Tak tanggung, satu buku mana cukup. Minimal 1 bukunya dibaca
3x, belum lagi judul lain. Sampai serak suara emak naak. Hihihi. Hal itulah
yang jadi sebab kenapa emak ini agak-agak menolak kadang. Huh, harusnya gaboleh
gitu ya.
Alhamdulillahnya lagi, di usianya yang memasuki 3 tahun ini, Alhamdulillah perolehan kosakatanya cukup banyak. Bicaranya sudah tidak pelat (istilah Jawa untuk cadel). Aku cukup yakin bahwa ini adalah salah satu hasil baik dari budaya membaca buku yang kami lakukan hampir setiap hari. Bahkan mungkin ia tergolong anak yang cerewet hihihi. Alhamdulillah, sesuai dengan nama yang kusematkan padanya, Abian yang berkorelasi dengan bahasa Arab (bayaan) yang berarti jelas dan terang! Kadang ia bercerita ini itu, kadang mengarang cerita dari sebuah buku yang sering dibacanya. Kalau sudah begitu dia akan bilang, "ayah/ bunda dengerin Abian mau cerita. Suatu hari....". Begitulah kepolosannya yang manis, membuatku malu kadang jika tidak mau membacakannya buku.
Pelatihan Membaca Nyaring (Budering) bersama Ibu Roosie dan Pemanfaatan Pustaka Digital
Beruntungnya, Desember lalu sebelum badai COVID19 menyapa, aku
dipertemukan dengan Ibu Roosie melalui pelatihan Read Aloud. Bersyukur sekali
berkesempatan hadir di acara ini. Akupun jadi semakin kagum dengan manfaat dari
membacakan buku. Tak hanya untuk merangsang kecerdasan tentu saja, tetapi juga
banyak sekali manfaat yang bisa kita dapat dari membacakan buku. Nah, di
kesempatan itu pulalah aku jadi kenal dengan aplikasi ter-uwaaw lah pokoknya.
Apa ituu? Lanjut yaa…
Let’s Read
and Let’s See the World
Pelatihan Read
Aloud bersama Ibu Roosie saat itu akhirnya mengenalkanku pada aplikasi Let’s Read(http://bit.ly/webletsread).
Sebuah aplikasi yang dirancang untuk memudahkan para orang tua millennial yang
mungkin kurang waktu untuk datang ke toko buku dan memilah-milah buku yang baik
untuk dibacakan kepada anak. Iya, kita sebut saja dengan perpustakaan digital. Tapi ini kheusus buku cerita bergambar untuk anak! Yeaaay, kemana saja diriku ini, hari gini baru
kenal Let’s Read?
Di Let’s Read buanyak sekali
cerita-cerita dan kisah insipiratif untuk dibacakan ke anak. Buku-buku digital yang disajikan pun memiliki ilustrasi yang bagus. Cara mengasesnya juga cukup mudah. Menurutku sih sangat user friendly banget. Kamu belum tahu ada aplikasi keren ini? Cuss, segera meluncurlah untuk download dulu. Let's Read tersedia di playstore (https://bit.ly/downloadLR2).
Video Review Aplikasi Let's Read dan Cara Menggunakannya
Keren kali kan! Aku pun tidak pusing-pusing lagi kalau anak sedang bosan sama buku fisik yang kita koleksi (yang memang jumlahnya belumlah banyak), tinggal buka aplikasi ciamik andalan sepanjang masa Let’s Read http://bit.ly/webletsreadand then we dive in. Seringkali saat bepergian pun, daripada kebayang riwehnya harus membawa-bawa buku, Let's Read sangat membantu juga. Sesekali membaca online juga bolehlah, karena semua serba digital, buku digital ini bisa jadi salah satu solusi. Aku paham bahwa buku digital tidaklah bisa menggantikan peran buku fisik, namun jika kondisi tidak memungkinkan, buku digital pun jadi! Oleh karenanya, seperti buku pada umumnya aku juga seringkali menyortir terlebih dulu kira-kira cerita yang akan aku bacakan seperti apa. Termasuk di Let's Read, aku biasanya menyiapkan terlebih dahulu dengan cara mendownload buku, agar ketika kami butuh 'bacaan online' kami tidak benar-benar online, tetapi sudah tersedia meski kondisi offline.
Senengnya lagi, di Let’s Read ini ada berbagai pilihan bahasa, mulai dari Bahasa Indonesia, Inggris hingga beberapa bahasa daerah.Selain itu, buku cerita anak versi cetak dengan bahasa daerah ini sepertinya juga belumlah banyak di pasaran. Jadi, Lets's Read sangat membantu untuk mengenalkan Abian dengan bahasa daerah maupun bahasa asing. Jujur saja, aku sengaja berbicara dengan Bahasa Indonesia untuk mengobrol sehari-hari bersama Abian. Aku menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya dengan pertimbangan bahwa kami tinggal di Jawa Timur, yang mana akses berbahasa Jawa akan lebih mudah masuk ke dia. Tetapi sayangnya dan yang kutakutkan adalah Bahasa Jawa yang nanti diperolehnya justru Bahasa Jawa yang sudah campuran dan terkesan ‘kasar’. Maklum kami tinggalnya kan di Sidoarjo, yaa saudaraan sama Bahasa Suroboyan yang terkenal agak saru di kalangan masyarakat.Oleh karenanya, sebisa mungkin aku ingin mulai mengenalkannya dengan bahasa Jawa yang agak halus (atau biasa dikenal dengan bahasa krama).
Video Read Aloud Bahasa Jawa dengan Aplikasi Let's Read
Nah, hadirnya Let’s Read ini juga sekaligus membantu para orang tua yang memangberasal ataupun menetap di Jawa, yang ingin mengenalkan Bahasa Jawa tetapi disesuaikan denganvalueyang ingin ditanamkan. Super duper membantu dan memudahkan sekali lah pokoknya. Selain Bahasa Jawa, ada juga Bahasa daerah lainnya, seperti Bahasa Sunda, Minangkabau dan lain-lain. Semoga saja kedepannya akan ada Bahasa-bahasa daerah lainnya juga, seperti Bahasa Madura mungkin. Bahasa asing pun ada loh, dari mulai Bahasa Inggris, Korea, India dan masih banyak lagi. Bisa sekalian belajar juga kan ortunya. Seperti aku yang kadang juga sedikit-sedikit mulai mengenalkan bahasa Inggris kepada Abian. Sekalian deh mengasah keluwesan vocabulary yang lama tidak terpakai.
Video Read Aloud bahasa Inggris dengan Aplikasi Let's Read
Masih panjang cerita
petualanganku bersama Abian, kuharap Let’s Read makin banyak menelurkan karya
dan semakin banyak pula para orang tua yang sadar pentingnya mengenalkan
Literasi sejak dini kepada anak-anak mereka. Dengan begitu, kuharap peringkat
Indonesia dalam hal membaca berangsur naik dengan progress yang kian baik tiap
harinya. Aku ingin menjadi bagian dari para pejuang itu. Pun yang terpenting
juga adalah, semoga anakku menikmati setiap petualangannya bersama ratusan,
ribuan bahkan jutaan cerita yang akan kita baca bersama. Yeayy. Kami siap
berpetualang! Kamu juga kan!!!
Let’s Read and See
the World!
Berikut kenang-kenangan yang sempat kuabadikan di medsos pribadiku.
Sebab telah mau berlelah belajar dan terus belajar.
Sebab tak menyerah bahkan di detik-detik akhir penghabisan.
Sebab masih menguat-bulatkan tekad untuk mau berubah.
Sebab meski terseok, kamu tetap tak berhenti.
Hari ini mungkin akan menjadi salah satu hari yang patut kamu syukuri.
Maka nikmat Allah yang manakah yang bisa kamu dustakan?
Namun seperti perjalanan lainnya, anggap saja ini bukanlah tujuan akhirmu.
It's not a Happy Ending, but the beginning of new journey.
Hari yang luar biasa, meski dengan mata kriyip-kriyip, akhirnya 15 Hari insyaallah tertuntas melalui postingan ini :) Haruu, maasyaallah. Ternyata begini rasanya yaa :)
Semoga 15 hari 15 hari selanjutnya akan berjalan dengan sesemangat ini.
Sungguh masih ga percaya aja rasanya bisa berada disini sekarang :(
Hari ini, setelah kemarin "gelud" dengan suami karena suatu salah perhitungan dan akibat mengabaikan poin penting kompro, akhirnya setelah seharian kemarin rasanya tak karuan Alhamdulillah berakhir segar. Kenapa segar? Abis minum es buah rumput laut soalnya. ehehehe
Aku jadi teringat pas pertama mau mulai ini, dengan menitik beratkan target kompro bersama suami. Aku menganggap ini bagian tersulitnya, bahkan aku sempat cerita ke my super madam. Lalu madam bilang, itulah seninya, kalau nggak gitu kan kayak datar aja lempeng-lempeng aja. Lah kok terrnyata yaa dikabulkan beneran, beuraaat banget bahkan di detik-detik akhir :) Allah bersama prasangka hambaNya itu truee. Maka rencanaku untuk selanjutnya, aku tidak ingin berdoa meskipun mbatin, jangan sampai aku mbatin bakalan berat, karena nantinya bisa jadi makin berat hehehe.
Masalah beres. Alhamdulillah. Well done An!
So, besok-besok jangan sampai lalai lagi dengan poin "komprod" yang sudah dipelajari dan dipraktikkan selama 15 hari ini. Mungkin besok-besok tidak akan kamu catat sebegininya, namun para malaikat tetap bertugas menjurnal tiap hari bahkan tiap detiknya. Anakmu masih akan terus mencatat dan menerima dalam memori masa kecilnya. Suamimu akan terus menerus memperhatikan langkahmu demi keridloannya. Oke, sampai sini paham kan An?
Alhamdulillah, mendekati detik-detik akhir tantangan 15 Hari yang sungguh Amaazing luar biasa Allahu Akbar. Yang mana, sungguh aku berangkat dengan tanpa ekspektasi ataupun harapan yang terlalu tinggi, bahkan mungkin cenderung yang insekyur gitu. Mengingat, masalah komunikasi ini adalah PR besar bagiku, bukan kompro dengan anak kicil melainkan dengan orang dewasa yang sudah 4 tahun ini harus kulihat hampir 24/ 7. Maasyallah, beneran doong, tantangan demi tantangan yang sesungguhnya kusudah sangat hapal, namun masih saja harus revisi berrrkali-kali. Soalan memahami gaya bahasa dia, memahami cara berpikir dia, memahami cara berbicara dengan dia yang dekat tapi berasanya juauh. Alhamdulillah, di hari ke-13 ini, kok yaa nemu satu hikmah yang bisa kutuangkan disini...
Yakni, tentang legowo. Inti dari komunikasi produktif sesungguhnya adalah maksud kita tersampaikan bukan? Sesuatu yang selama ini sulit sekali aku praktikkan. Kita bicara yang benar-benar bicara dari hati ke hati itu sebenernya bisa dihitung jari. Kalau ada masalah besar yang sampai meledak dulu, baru bicara. Ya gitu-gitu itu. Itupun jarang menghasilkan sesuatu yang aku mau, itu diterima dengan baik olehnya. Memang harapannya adalah maksud kita tersampaikan, namun perihal eksekusi darinya, yaa itu kembali lagi ke dianya. dan aku akhirnya, dengan sadar memilih bentuk responku dengan cukup baik dan matang. Tanpa ego dan emosi berlebihan di dalamnya. Alhamdulillah aku merasa cukup.
Untuk semua kerelaanku menerima, aku akan memberi apresiasi yang cukup tinggi. Namun aku masih harus banyak belajar lagi.. Mungkin benar, kekuatan doa itu tidak boleh diremehkan. Sekecil apapun terbersit di batin, itu pun doa. Jadi aku akan berusaha untuk memutus rantai ketidakpuasanku terhadap hasil pembicaraan. Kalaupun diterima dan dilakukan, Alhamdulillah banget. Kalau tidak yaa sudah, gapapa. Allah berarti masih mengujiku untuk terus naik tingkat level kesabaran dan ketulusannya.
Makin kesini kok berasa makin diuji, maasyallah luwaar biasa :)
Jadi, memang sudah 3 hari aku sama Abian pulkam ke rumah bapak (di desa sebelah aja kok), suami lagi ke Jogja ceritanya.
Eh, berasanya disini kok Abian ini makin-makin yaaa. Hahahaha. Kayak semua yang kuucapkan itu mendal gitu loh. Kayak lebih cepet tantrumnya, lebih banyak maunya, agak lebih susah ngomonginnya. Baiklaaah, saat-saat seperti ini harusnya praktik kompro jadi lebih menantang.
Bener ajaa, banyak kejadian-kejadian deh. Mulai dari main kompor, memecahkan gelas, menolaq mandi, menolaq tidur siang dan (malam) yang biasanya jam 8 di rumah sendiri udah mapan, ini bisa sampai jam 22.00.
Amaziiing deh ya. Tapi Alhamdulillah kesemuanya bisa terlewati tanpa teriakan, kalo (sebel) sih masih wkwkwk.
Alhamdulillaaaah.. 11 hari terlalui juga, dengan niat memperbaiki diri dan hubungan dengan keluarga, kok yaa rasanya cepet banget ya. hiiihi
So, this is my Curhat. Mohon maap dari kemaren isi blog ini tulisannya cimit-cimit, hemat batre nih soalnya lagi pulkam (ke desa sebelah) ke rumah bapak.
Ceritanya lagi LDR-an sama suamik.. eeh, kok malah Alhamdulillahnya, merasa komunikasi malah lancar yaa. Kalau dia di dekatkuu, kok malah piye gitu. wkwkwk
Hari ini seharian kok yaa maasyaallah luwar biyasa. Dan ini menjadi hari paling kemaleman selama 9 hari menjurnal di zona #1 ini. Tidak dipungkiri, sepertinya aku sedikit kelelahan dan butuh istirahat sejenak.
Mungkin karena kelelahan itu tadi, berdampak pada emosi dan mood yang kurang baik sedari pagi. Dan tentu saja hal itu berpengaruh pada komunikasi yang unproduktif.
Baiklah, mungkin besok saatnya ambil jeda seeejenak saja.
Kita memang perlu ruang jeda, agar emosi mereda. Kita butuh ruang sendu, agar hati masih tetap padu. Kita perlu belajar untuk tidak terus memanjakan ego masing-masing kita.
Hai sobisob.. Alhamdulillah, setelah digempur berbagai tempaan di hari yang rasanya cukup panjang hari ini, alhamdulillah sekali lagi masih kuat dan makin semangat insyaallah. Cukup terasa perjalanan selama 8 hari ini. Dan hari ini aku merasa menjadi seseorang yang cukup berbeda dari hari pertama saat memulainya.
Ego. Suatu hal yang sepertinya sulit sekali terlepas dariku. Entah mengapa. Kemarin kami sempat berkonflik dan tentu saja berujung tangisan tiada henti yang menyebabkan mata mbendul. wkwwkk
Kami ngobrol banyak kemarin, dengan emosi yang masih meletup-letup. Tetapi dampak yang kurasakan hari ini Alhamdulillah cukup baik.
Begitu dulu ajaaah, Ya Rabb, lelah berputar-putar seharian. Belum lagi siang-siang tadi ngonggleng motor yang sudah butut Yaa Allah, enggak mau distater.. Kalau inget kok jadi haus lagi. hihi
Good job An, for today. Besok belajar banyak lagi!
Mau istirahat dulu lah yuk, penuhi hak tubuhmu juga :)
Sebagaimanapun beratnya harimu, jalani dan nikmati. Sebab akan lebih berat jika hari yang terlalui tak mampu membuatmu mensyukuri dan membuatnya menjadi sebuah pelajaran berharga kelak.
Bismillaaah walhamdulillah untuk hari yang super panjang rasanya hari ini :)
Alhamdulillah, bisa juga bernapas lega dan kembali menuangkannya disini :)
Hari ini suuper duuupeer amazing yaa Rabb. Orang tuanya kurang bisa meregulasi emosi, anak akhirnya kebawa tantrum :(
Padahal bangunku lebih pagi dari biasanya, bahkan aku mencuci di dini hari, maasyaallah.. Betapa Allah baik sekali menyapa-nyapa diri ini :)
Abian tidur siang dengan kurang nyenyak, mungkin emosinya saat akan tidur belum reda. Walhasil saat bangun pun, lebih cepat dari biasanya dan dia tantrum. Sesuatu yang sebenarnya sangat jarang terjadi padanya. Parahnya ia jadi mukul-mukul dan nendang. Sedih deh.
Akhirnya, aku perlahan menenangkan dulu sambil terus mengajaknya istighfar, memeluk, menahan tangan kakinya supaya tidak melakukan tindakan diluar kendali. Sambil terus memeluk, akhirnya kuutarakan, kemungkinan penyebab dia seperti itu. Kali ini berlangsung cukup alot. Padahal biasanya lebih mudah terkendali, tapi yaa ndakpapa, saatnya orang dewasa yang lebih paham yang jadi tameng. Aku memilih terus berempati pada emosinya, bukan menyuruhnya segera berhenti melakukan "kemarahannya".
Perlahan-lahan Alhamdulillah akhirnya dia bisa meredakan emosinya. Dia tertarik sesuatu ternyata. Lalu aku coba mengajaknya ngobrol lagi, "Abian masih marah gitu?"
Lalu dia jawab, "endak ini wajahnya nggak gitu" (sambil memeragakan emosi marah) wkwk luwucuuu ini bocil.
Alhamdulillah, lulus tidak ikut terpancing emosi dan ikutan tantrum bersama wkwk
Hari ini cukup *** saja, karena ternyata masalah yang lebih besar ada pada komproku dan suamik! PR besar ga kelar-kelar, astaghfirullaaah.
Seperti hari kemaren, hari ini aku kembali akan menceritakan pengalaman bernegoisasi dengan bocah usia (hampir) 3 tahun. Seperti umumnya bocah 3 tahunan yang mulai bisa "berdebat" dan beropini dengan argumentasinya sendiri, Abian pun kali ini dengan "santainya" enggan diminta tidur siang.
Ohh, rupanya harus keluar strategi lain ini. Bundana pun putar otak, agar tidak esmosi jiwa dan anak ini mau tidur tanpa drama. Baiklaaah, susu sudah dihabiskan, baca doa sudah, laah kok masih ga merem-merem dengan alasan masih mau main ini dan itu.
Akhirnya berkompromi dan melayani hasrat ingin mainnya dengan menyediakan mini gayung dan mini corong untuk bermain transfer air ke botol (sirup obat). Welldone. Kata-kata sakti pun keluar, "Abian setelah satu botol ini penuh berarti waktunya ti..dur". "Ndak mau! Iniloh beluuum"
WKWKW
Rupanya strategi belum membuahkan hasil. Akhirnya sang ayah pun, dengan entengnya "mengancam". "Loh, katanya nanti sore mau ditinggikan sepedanya di rumah uti, berarti sekarang tidur dulu" bla bla bla.
Rrrr. Aku yang tadinya santai jadi was wis wus deh, berharapnya si ayah bantuin untuk apa gitu, ini malah diancem wkwk. Yaudahlah, udah kadung.
Sampe akhirnya dia akhirnya mau berhenti main dan kubilang untuk simpankan mainannya. Alhamdulillah, berangkat ke kasur. Lampu dimatikan, dan bobok deh. Yeeeay.
Poin yang kupelajari hari ini adalah penuhi dulu kebutuhannya (termasuk main). Berikan batas waktu bila memungkinkan. Jelakan dengan KISS, aturan tidur siang untuk anak kecil. hihihi
Good job Bundana. Besok lebih semangat lagi yes...
Yuhuuu, i am coming. Kalau nada awal dah excited gini, ketahuan kan sedang happy? hihi
Alhamdulillah, hari ini jadi hari suuuuuper suibuk, karena seharian 'berklutekan' sama Abian.
Sepagian sudah hectic kali siapin ini itu, sudah ada planning mau main ini itu. Eh, ternyata namanya anak memang dunianya main, disiapin satu acara bermain, yang kejadian lebih dari 3 dong. hihi
Pagi hari karena belum sempet belanja, akhirnya kurebuskan telur dan minta dia yang ngupas. Yeay, sensori play sambil menyelam minum jus kan jadinya. Setelah itu, berangkat belanja, drama dong seperti biasa. Akhirnya terpaksa memberi tontonan dari Youtube yang sudah diunduh. Lalu, berlanjut acara memasak disambi nemenin dia main art painting alias main bedak (kedaluarsa) ditambah air + pewarna makanan. Beberapa menit lancar tanpa drama, doi terlihat sangat antusias tanpa paksaan juga, tentu saja. Siapa sih yang bisa nolak main warna-warni bebas gitu?
Beberapa menit berlalu, doi mulai bosen kali yaa, sehingga mulai timbul drama, cari mainan lain! Padahal baju dan wajah serta tangan-kakinya juga udah cemong-cemong. wkwkwk
Sabaaar sabaaar.. lagian juga itu kan kamu yang ngajakin dia main ini mak!
Berlanjut, mulai minta macem-macem deh. Mulai dari minta sikat gigi bekas yang biasa buat cuci botol, pisau, spons, apa aja diminta. Sampai pula alat semprot tanaman (yang dulunya dipake ayahnya buat mandiin burung) pun minta dimainin. Yasudah. Bunda berikan nak! (Disini, kondisi emosi mulai diuji).
Lalu sampailah, sudah saking gemesnya nih. wkwk. Soalnya main semprot-semprot airnya mulai tidak terkontrol. Akhirnya dia kuungsikan dari tempat kami semula berada (dapur) ke ruang tengah. Kondisi rumah kami memang ada sekat untuk ke dapur, karena di rumah kami ini masih ada sumur yang hanya ditutup dengan papan triplek yang tipis. Tujuannya ya supaya dia ga main-main ke sumur sendirian, ngeri kalo kecemplung, naudzubillah.
Back to topic. Nah, karena dia tahu konsekuensi dari bermain tidak sesuai arahan ibunda, dia akhirnya yaa ngerti perlahan dengan langsung bilang "mau disana, ga main-main lagi". Meskipun dengan tetap nangis. Setelah itu, kami bernegoisasi, menjelaskan dengan nada tegas tapi tidak menyakiti bahwa Abian boleh bermain dengan syarat dan ketentuan berlaku. Alhamdulillah doi kooperatif.
Meskipun gonta-ganti baju pagi-siang ini sampai 3x aku rapopo nak! Yang penting kita hepi yaa, urusan cucian belakangan deh. Bahkan kami juga main, ngulek kulit telur yang tadi pagi dan main menyerut keju. Hiyeaaah. Alhamdulillaaah...
Sampai diajak gosok gigi dan tidur siang pun Alhamdulillah tidak ada paksaan dan berjalan dengan lanjtar jaya abadi.
Good job Bundana! Hari ini bintangnya mayan yaa. Yang dihadapi bukan bapaknya soalnya wkwkwk. Gatau lagi deh besok. Bismillah untuk 10 hari selanjutnya. Yeeeeay...
Berasumsi itu sungguh melelahkan, itulah pentingnya clear and clarify. Tabayyun. Tapi, tapi kalau yang bersangkutan susah diajak ngobrol piye? #halah alesan.
Haiiiholahoo, sobi-sobi petualangku. Menyapa diri sendiri kan kan. hhihi
Alhamdulillah, hari keempat yang (sekali lagi) penuh drama ini bisa juga kutuliskan dan kuceritakan dimari. Jadi hari ini tuh super duper, kayak sudah nyerah aja gituloh, hampir dah mau pasrah aja kalau hari ini bakalan nyeritain bahwa hasil komprodku ini minus. hihi
Tetapi akhirnya, setelah perut kenyang, alhamdulillaah... lumayan bisa terselesaikan dengan lantjar jaya. Oh, ternyata aku kurang asupan nutrisi (alias belom makan dari pagi). Jadi sempat ada adegan marah-marah dan membanting pintu kamar huhuhu. Sedih sih kenapa aku harus begitu lagi. Ya abis gimana lagi lah, udah empet banget. wkwkw. Eh, tentunya dalam adegan itu Abian sudah diungsikan ke tempat yg aman (rumah utinya). Aman.
Alhamdulillah akhirnya dibujuknya dan dirayunya aku. Lalu kita ngobrol, dengan masih dengan membawa ego masing-masing tentu saja. Tetapi Alhamdulillah sudah bisa saling 'nggojloki', artinya kami sudah lumayan baik-baik saja. hihihi
Gapapa, besok kita coba lagi ya An! Tekan ego dan marahmu dulu. Jangan baperan ya, plis.
Ekspektasi berlebihlah yang kadang jadi biang keladinya. Menggerogoti kesyukuran. Maka simpan ekspektasi, letakkan ia jauh-jauh. Lalu rasa syukur pun lebih mudah terpancarkan.
Baiklah, meski belumlah terlalu seharian, aku sengaja memilih pagi hari sebagai jembatan komunikasi. Mungkin kemarin memang belumlah terlalu baik hasilnya. Mungkin kepagian wkwk
Pagi ini aku memang bangun kesiangan :(
Tetapi syukurku, sepertinya komunikasi hari ini berjalan lebih baik. Kami memulai pagi dengan obrolan ringan sambil cuddling di kasur yang tydac empuq, ahahaha. Tanpa ekspektasi apapun, kucoba membahas apa saja yang terlintas. Membahas respon yang kuharapkan darinya ketika aku menghadapi masalah. Lalu kami bisa menertawakannya "bersama". Alhamdulillah, kalau aku sudah bisa legowo gini berarti tanda-tanda baik kan ya? hihihi
Meskipun yaa akhirnya, ada saja alasan yang datang darinya untuk tidak jadi mengajakku 'memancing'. ahaha. Padahal tadinya kami sudah saling bersepakat, atau lebih tepatnya ia mau untuk kuajak mancing. hhh. Ya sudahlah, kali ini kucoba tuk legowo, lagipula kalau kupikir-pikir juga waktu yang luang ini bisa kumanfaatkan untuk mengerjakan jurnal, menulis blog competition, dan sejumlah domestikan yang memanggil-manggil.
Poin komunikasi produktif yang kucatat hari ini adalah:
1. Memilih waktu yang tepat (masih menurutku sih)
2. Menggunakan kaidah 7-38-55. Iyaa, daripada sekadar mendengar kata-katanya, aku menangkap bahasa tubuhnya sih. Kuanggap dia juga mengerti bahasa tubuh yang kugunakan untuk membuatnya paham. Semoga.
Untuk semua upayaku selama 3 hari ini, aku akan mengapresiasi kesungguhanku hari ini dengan *** bintang. Aku merasa cukup insyaallah hari ini, hatiku pun lebih plong rasanya. Semoga besok bisa jauh lebih baik lagi.
Memang sempat merasa hampir-hampir putus asa. Padahal baru 3 hari loh ya. hihi
Tetapi, setelah menumpahkan suara hati (baca: curhat) kepada salah satu senior panutanque.. rasanya lebih lega aja gitu. Katanya mbaknya, "Gapapa, biar jadi sejarah perkomprodan. Kalo mulus nggak ada rasanya ntar." Iya jugak ya kan! So... ya aku woles ajaa. Mungkin perolehan bintang teman-teman sobatualang lain lebih banyak, yaa gapapa namanya juga jalan hidup berbeda, orangnya juga beda.
Bismillah for the next challenge! :*
Oiyah, jurnalku hari ini:
Seqian, ceritaku hari ini. See you on my next journey :*
Alhamdulillah, masih diberi umur panjang.. meski sedikit ada insiden terkena cipratan minyak goreng ikan nan maknyus aduhai. Alhamdulillah 'ala kulli haal.
Pagi ini, aku berencana menata mood dengan menyapa si doi terlebih dahulu dong. Membangunkan ceritanya biar kayak film-film romantis getoooh..
Strategi juga, siapa tahu kalau diajak ngobrol di pagi hari si doi jadi lebih peka jadi lebih dengerin istrinya yang super bawel ini. Eh, ternyata oh ternyata....
Harapan yaa tetaplah harapan, karena kenyataan yang harus dihadapi adalah bertemu dengan 'kesalahpahaman' lagi. wkwwk.
Padahal yaa sudah nyoba cara berbicara yang gak ngegas. Udah belajar supaya intonasi tetap terjaga.. tapi akhirnya ga bihsaaa sodara-sodara. Embuhlah. Besok harus remidi lagi sepertinya. Yasudahlah, begitu dulu. Ya Allah, mohon bukakanlah pintu hati kami. Haluskan dan lembutkan hati kami agar bisa saling memahami lagi. Aamiin.
Assalamu'alaikum sobatualang (ahseeek) kayak ada yang baca aja wkwk.
Alhamdulillah... Sampailah di hari pertama Tantangan 15 Hari Zona #1 Komunikasi Produktif. Alhamdulillah, tantangan yang justru hadir paling pertama ini adalah tantangan terbesar mungkin bagiku. Sebab sudah sejak lama merasa komunikasi dengan pasangan tidak sehat. huhuhu.
Sempat galau antara menuliskannya di sosmed, blog atau gdrive. Sepertinya terlalu absurd untuk dibaca banyak pihak, jadi ya sudah ditulis disini sepertinya lebih aman. hehe
Hari pertama, seperti halnya pertama yang lainnya aku merasa antusias sekaligus deg-degan disaat yang sama. Bagaimana cara memulainya? Tapi pikirku, kesempatan belajar bersama dengan 1700an ibu-ibu dari seluruh penjuru nusantara (bahkan ada yang tinggal di luar negeri) seperti ini sangat sayang untuk dilewatkan bukan? Lagipula, bukan sobatualang namanya jika menolak challenge. Jadi disinilah aku menuliskan curhatan ku.
Berikut temuanku setelah melewati hari yang lumayan "berkeringat" ini. Kenapa berkeringat? wkwk Habis dorong motor kehabisan bensin soalnya. Astaghfirullaaah...
Tantanganku hari ini datang dari suamiku sendiri. Yha, seseorang yang harusnya menjadi partner abadi dalam setiap lini dunia kerumah-tanggaan. Namun, ternyata memang masih saja terkendala gaya bahasa kami yang berbeda. Kemarin malam sudah berusaha membriefingnya bahwasanya hari ini istrinya ini akan melakukan tantangan pertama yakni komunikasi produktif. Kemaren ia tampak 'mengerti'. Entah benar mengerti atau iya-iya aja biar cepet.
Beberapa jam berjalan baik. Aku Alhamdulillah bisa mengontrol emosiku dengan cukup baik. Hal itu terbukti dengan telah terhidangnya mujaer goreng lengkap dengan sambal matah dan sayur bening (yang kesemuanya kurang asin haha). Alhamdulillah, aman...
Selang beberapa waktu kemudian, mulailah muncul monster horor dari dalam diriku. Sebab suami dengan seribu macam alasan, kembali tidak mengindahkan permintaanku untuk mengerjakan tantangan yg kuberikan padanya malam sebelumnya. Dia lebih memilih kesibukannya (yang menurutku sangat tidak penting itu). Walhasil, gondok lagilah akunya. Ya Rabb.
Setelah itu, aku pun mencoba mengadhemkan pikiran dan perasaanku dengan membawa Abian ke kamar. Kami bermain (meski aku masih mangkel dalam hati) hingga akhirnya, Alhamdulillah dia pun mau meletakkan "kesibukan"nya. Akupun bisa mengerjakan aktivitas sesuai rencana.
Lalu, terjadilah adegan dorong motor di jalanan di teriknya udara Sidoarjo tadi. Sungguh Subhanallaah.. Lalu, dengan 'terpaksa' aku menghubungi suamiku. Padahal tadinya nomornya kublokir, ya kan, masih kebawa baper segitunya wkwkwk. Ya Allah, apa salah dan dosaku. Banyak!!!
Teringat poin komunikasi produktif, fokus ke solusi! Akhirnya setelah beberapa saat berdebat di telepon, Alhamdulillah bala bantuan datang. Terselamatkan sudah.
Satu poin yang kupelajari di hari pertama yaitu: timing! Mencari waktu yang tepat untuk bicara itu penting banget banget banget! Suami yang tipenya perlu "dilayani" ini memang ya kudu dilayani dulu baru bisa disounding. Persis adik bayi! Hmmm. Begitulah, aku sadar memang kami sama-sama belum 'dewasa'.
Begitu dulu deh yaa cerita hari ini. Semoga besok dan seterusnya bisa lebih baik lagi. Insyaallah mungkin lain kali akan kuceritakan tentang komunikasi dengan Abian. Karna kurasa lebih mudah berbicara dengan Abian daripada bapaknya, maka kuputuskan untuk fokus dulu ke bapake! Bismillah... semoga semakin baik komunikasi kami, semakin baik pula hubungan dan pengasuhan kita untuk Abian kedepan. Aaaamiiin.
Hai. Salam kenal, aku Ana Farah. Boleh dipanggil bundana atau Ana.
Selamat datang di Cerita Bundana. Ini jurnal bertumbuh dan belajarku. Aku seorang ibu dan masih terus belajar menjadi manusia yang makin baik tiap harinya. Terkadang aku menulis untuk menghibur diri, menjeda dari lelah hari pun juga melarikan diri sejenak dari dunia per'emak'an.